Lewat kematian, kupertanggungjawabkan fitrah kemanusiaanku: bagaimanakah penyembahanku kepada Ya Allah ya Jabbar, Tuhan Yang Kehendak-Nya Tidak Dapat Diingkari?

Mengapa Hidup harus dipertanggungjawabkan? 
Ya Allah ya Baari’, Tuhan Yang Mengadakan Dari Tiada, mengadakan aku dari yang tiada. Dan aku pun akan diminta-Nya bertanggungjawab atas caraku mengelola hidup dan kehidupanku di dunia ini.
Lewat kematianku, aku akan kembali kepada Tuhanku, Ya Allah ya Baaqii, Tuhan Yang Maha Kekal.
 Seperti kata Tuhanku, Ya Allah ya Muqsith, Tuhan Yang Maha Penuntut Keadilan, dalam surat al-Qiyaamah ayat 36-40 Al Quran: “Apakah manusia mengira, bahwa ia akan dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia dahulu setetes mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim), kemudian mani itu menjadi segumpal darah, lalu Allah menciptakannya, dan menyempurnakannya, lalu Allah menjadikan daripadanya sepasang: laki laki dan perempuan. Bukankah (Allah yang berbuat) demikian berkuasa (pula) menghidupkan orang mati?”
“Hanya kepada-Nya-lah kamu semuanya akan kembali, sebagai janji yang benar daripada Allah,” begitu kubaca dalam Al Quran surat Yunus ayat 4, “sesungguhnya Allah menciptakan makhluk pada permulaannya kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali (sesudah berbangkit), agar Dia memberi pembalasan kepada orang-orang yang beriman dan yang mengerjakan amal saleh dengan adil.” 
“Pertanggungjawaban apakah yang diminta Tuhanku, Ya Allah ya Hasiib, Tuhan Yang Maha Pembuat Perhitungan? Bagiku cuma satu. Aku harus melakukan berbagai aktivitas hidup yang bernilai ibadah kepada-Nya.” 
Aku harus melakukan kesalehan, Aku harus beramal saleh, yakni menyembah-Nya. Menyembah Allah tidak hanya melalui shalat, tetapi dengan cara mengikuti apa yang dimaui-Nya dan meningggalkan apa yang dilarang-Nya dalam setiap aktivitas hidupku.”  

Mengapa aku harus selalu yakin tiada Tuhan selain Allah? 
Dengan kecerdasan akal dan kecerdasan hati, yang dianugerahkan Allah kepadaku, aku bukannya menolak apalagi membangkangi perintah-Nya. Justru dengan kemampuan akal dan hati, aku kuak hikmah di balik perintah dan larangan Allah kepadaku sebagai makhluk ciptaan-Nya. Agar aku paham manfaat perintah Tuhanku Yang Maha Damai Sejahtera, Ya Allah ya Salaam. 
Kreativitas berpikirku adalah kreativitas memahami wahyu-Nya dan hadis Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw., yang kuharmonikan dengan ruang dan waktu kehidupanku. 
Aku kepingin riang mengerjakan perintah Tuhanku, karena aku memang membutuhkan-Nya. Dan bila tak kulakukan kemauan-Nya, maka akan membuatku bersedih karena bakal tidak mendapatkan keberuntungan-Nya. Sebagaimana diputuskan Tuhanku, Ya Allah ya Hakam, Tuhan Yang Maha Hakim dalam Al Quran surat Adz Dzariyat ayat 56: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” 
Betapa pentingnya hati dan pikiranku selalu berikrar “La ilaha illallah”, tiada Tuhan selain Allah. Dan aku tak mau kafir menduakan Allah. Karena, “Rasulullah saw. bersabda: Barangsiapa mati dalam keadaan dia yakin bahwa tidak ada Tuhan selain Allah, maka dia masuk surga.” Begitu kubaca hadis yang diriwayatkan Utsman, di Kitab Shahih Muslim (24). 
Dan aku ingin memiliki ketenangan jiwa ketika menghadap Tuhanku dengan hati yang puas karena rida-Nya, sebagaimana Tuhanku menyeru dalam firman-Nya di surat Al Fajar ayat 27-28: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridai-Nya. (Dana Anwari)

No comments:

Shalat is Perfect Prayer

SUCCESS LINK