Siapa yang tidak percaya Al Quran? Sanggupkah orang-orang yang bersikap kritis terhadap eksistensi Tuhan lalu diuji Tuhan dengan perintah menyembelih anaknya seperti kisah Nabi Ibrahim dalam Al Quran?

Siapa yang tidak percaya Kitab Suci Al Quran?
Padahal Tuhan berkata dalam surat As Sajadah ayat 2 Al Quran: “Turunnya Al Qur’an yang tidak ada keraguan padanya, (adalah) dari Tuhan semesta alam.” “Dan sesungguhnya Al Qur’an ini benar-benar diturunkan oleh Tuhan semesta alam,” Al Quran surat Asy Syuara : 192. “Katakanlah (Hai Muhammad): ‘Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’,” Al Quran surat Al Nahl : 102. “Dan Al Qur’an itu bukanlah dibawa turun oleh setan-setan. Dan tidaklah patut mereka membawa turun Al Qur’an itu, dan mereka pun tidak akan kuasa. Sesungguhnya mereka benar-benar dijauhkan daripada mendengar Al Qur’an itu,” Al Quran surat Asy Syuara : 210-212. “Kalau sekiranya Kami menurunkan Al Qur’an ini kepada sebuah gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah disebabkan takut kepada Allah. Dan perumpamaan-perumpamaan itu Kami buat untuk manusia supaya mereka berpikir,” Al Quran surat Al Hasyr : 21. “(Al Qur’an) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengannya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran,” Al Quran surat Al Hijr : 52. “Al Qur’an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini,” Al Quran surat Al Jatsiyah : 20. “Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa,” Al Quran surat Al Baqarah : 2. “(Al Qur’an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa,” Al Quran surat Ali Imran : 138. “Dan Al Qur’an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang diberkati, maka ikutilah dia dan bertakwalah agar kamu diberi rahmat,” Al Quran surat Al Anam : 155. “Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang,” Al Quran surat Maryam : 97. “Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu, yaitu kitab Tuhan-mu (Al Qur’an). Tidak ada (seorang pun) yang dapat mengubah kalimat-kalimat-Nya. Dan kamu tidak akan dapat menemukan tempat berlindung selain daripada-Nya,” Al Quran surat Al Kahfi : 27. “Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada yang dapat merubah-rubah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui,” Al Quran surat Al Anam : 115. “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Qur’an, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya,” Al Quran surat Al Hijr : 9.   
Mengapa manusia bersikap kritis terhadap Allah?
Tidak salah bersikap kritis terhadap eksistensi Tuhan. Bukankah agama-Nya adalah agama akal yang mengajak orang berpikir untuk membuktikan kebenaran Tuhan Yang Maha Nyata, Ya Allah ya Dzaahir. Ingat wahyu-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 269 Al Quran: “Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah).” Bersikap kritis terhadap eksistensi Allah, tidaklah salah. Bukankah agama-Nya juga agama hati, yang mengajak orang membuka hatinya membuktikan kehadiran Tuhan Yang Maha Gaib, Ya Allah ya Baathin. Ingat sebait doa dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 8: (Mereka berdoa): “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” Dan ingatlah pula tentang hati yang mengambil suatu pelajaran dari satu peristiwa dalam Kitab Suci Al Quran surat Ali Imran ayat 13: Sesungguhnya telah ada tanda bagi kamu pada dua golongan yang telah bertemu (bertempur). Segolongan berperang di jalan Allah dan (segolongan) yang lain kafir yang dengan mata kepala melihat (seakan-akan) orang-orang muslimin dua kali jumlah mereka. Allah menguatkan dengan bantuan-Nya siapa yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai mata hati. Nabi Ibrahim adalah contoh orang yang kritis terhadap Tuhannya. Namun kritisnya seorang Ibrahim tetaplah dilandasi semangat iman kepada Tuhan. Seperti tercatat di surat Ali Imran ayat 67 Al Quran: “Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik.” Kendati bersikap kritis, Ibrahim as. bukanlah termasuk orang yang sesat. Ia bersemangat mencari bukti kekuasaan Tuhan, tapi ia pun tidak pernah berputus asa mengharapkan rahmat Tuhannya. Seperti tercatat dalam Kitab Al Quran surat Al Hijr ayat 56: “Ibrahim berkata: Tidak ada orang yang berputus asa dari rahmat Tuhannya, kecuali orang-orang yang sesat”. Ingatkah kisah Nabi Ibrahim yang meminta Allah membuktikan eksistensi kekuasaan-Nya? Kemudian Allah mempersilakan Ibrahim mencincang burung dan meletakkan bagian-bagian tubuhnya di tempat berbeda, lalu burung itu dihidupkan lagi oleh Allah. Seperti tertera dalam Kitab Al Quran surat Al Baqarah ayat 260: “Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata, ’Ya Tuhanku, perlihatkanlah padaku bagaimana Engkau menghidupkan orang mati.’ Allah berfirman: ‘Belum yakinkah kamu?’ Ibrahim menjawab: ‘Aku telah meyakininya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (dengan imanku).’ Allah berfirman: ‘(Kalau demikian) ambillah empat ekor burung, lalu cingcanglah semuanya olehmu.’ (Allah berfirman): ‘Lalu letakkan di atas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu, kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu dengan segera.’ Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”  
Mengapa Allah pun bersikap kritis kepada manusia? 
Sikap Ibrahim yang menguji Allah dibalas Allah dengan menguji Ibrahim. Beruntunglah Ibrahim adalah seorang yang tulus kepada Tuhannya, sehingga sikap kritisnya tetap berlandaskan kepada iman kepada Tuhannya Yang Maha Esa dan Maha Menciptakannya. Hati-hatilah bila kita tidak tulus kepada Allah swt. Bersikap tidak menolak kebenaran Allah swt, tetapi juga tidak melaksanakan kebenaran Allah swt. Bahkan melawan kebenaran “tiada Tuhan selain Allah”, dan berusaha membuktikan bahwa Allah swt. memiliki sekutu. Wahai orang-orang yang merasa kebenarannya akan mengalahkan kebenaran “tiada Tuhan selain Allah”, ingatkan firman-Nya dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 54: “Orang-orang kafir itu membuat tipu daya, dan Allah membalas tipu daya mereka itu. Dan Allah sebaik-baik pembalas tipu daya.” Allah itu memang senang menguji hamba-Nya untuk mengetahui keimanan seorang hamba kepada-Nya. Sebagaimana firman-Nya dalam surat Al Maidah ayat 48 Al Quran: Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Simaklah kisah Nabi Ibrahim as. Diperintahkan-Nya Ibrahim menyembelih anaknya, Ismail. Tapi Allah kemudian menggantikan Ismail dengan seekor binatang sembelihan, setelah Allah membuktikan ketaqwaan dua orang manusia: bapak dan anaknya. Sebagaimana dikisahkan Tuhan dalam Al Quran surat Ash Shaffaat ayat 102-107: Ibrahim berkata: “Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia (Ismail) menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.” Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: “Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu.” Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Wahai orang-orang yang kritis terhadap Tuhannya. Bila kamu bermimpi seperti mimpi Nabi Ibrahim as., sanggupkah bila Tuhan mengujimu, menyembelih anakmu tercinta? Kendati sanggup, kamu bukankah Nabi Ibrahim yang sanggup membedakan: mana perintah Tuhan dan mana perintah setan? Hawa nafsumu masih hawa nafsu setan, dan bukannya hawa nafsu yang dirahmati Tuhan. Yakinkah kamu akan mimpimu yang berisi perintah menyembelih anakmu sendiri sungguh-sungguh datang dari Tuhan yang menciptakanmu? Yakinkah kamu atas petunjuk mimpi yang menyuruh melukai anakmu sendiri benar-benar datang dari Tuhan yang menghidupkanmu dan akan mematikanmu? Sementara hatimu selama ini tertutup oleh keraguan eksistensi Tuhanmu. Bagaimana bila perintah itu datang dari setan yang mengelabui kamu? “Ibrahim seorang yang kritis, tetapi dia bukanlah orang yang sombong. Apalagi bersikap sombong terhadap Allah Yang Satu tanpa sekutu. Ibrahim adalah seorang penyantun, dan juga seorang pengiba, yang mengiba kepada Tuhannya, dan Ibrahim selalu kembali tunduk patuh pasrah kepada Tuhannya: Ya Allah ya Aziz, Tuhan Yang Maha Perkasa.” Bacalah kitab yang menjadi pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini, yakni Kitab Al Quran dalam surat Hud ayat 75: “Sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar seorang yang penyantun lagi pengiba dan suka kembali kepada Allah.”  
Teladani Ibrahim as. teladani Muhammad saw. 
Siapa yang meneladani Nabi Ibrahim as., maka teladanilah pula Nabi Muhammad saw. Dengan begitu, Allah akan menjadi Maha Pelindung baginya, Ya Allah ya Waliyy. Sebagaimana firman Allah dalam Al Quran surat Ali Imran ayat 68: “Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” Soal sikap kritis terhadap eksistensi Allah itu, Anas bin Malik, seorang yang setia membantu Nabiku sejak kecil, meriwayatkan hadis Qudsi: tutur kata Nabiku yang bersumber langsung dari Allah-- termaktub dalam kitab hadis Bukhari dan Muslim (78): Rasulullah saw. bersabda: “Allah berfirman, ‘Sesungguhnya umatmu tak henti-hentinya bertanya: Kenapa begini, kenapa begini? Sampai-sampai mereka mengatakan: Allah menciptakan makhluk, lalu siapakah yang menciptakan Allah?’” Dan Nabiku, Nabi Muhammad saw. memberikan solusi atas sikap kritis itu. Seperti diriwayatkan seorang pembantu terdekatnya yang rajin mengingat sunah Nabiku, Abu Hurairah, dan dicatat di kitab hadis Bukhari dan Muslim (77): Rasulullah saw. bersabda: “Tak henti-hentinya manusia bertanya-tanya, sampai-sampai dikatakan: Allah menciptakan makhluk, lalu siapa yang menciptakan Allah? Barang siapa yang merasakan keraguan dalam hatinya, maka hendaklah ia berkata: Aku beriman kepada Allah.” “Mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya,” begitu kubaca dalam surat Al Baqarah ayat 255 Al Quran. Kubaca juga di surat Hud ayat 14 Al Quran: “Ketahuilah, sesungguhnya Al Qur’an itu diturunkan dengan ilmu Allah dan bahwasanya tidak ada Tuhan selain Dia, maka maukah kamu berserah diri (kepada Allah)?” Ditegaskan lagi dalam surat Al Hajj ayat 54 Al Quran: “Dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al Qur’an itulah yang hak dari Tuhanmu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya, dan sesungguhnya Allah adalah pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus.” “Sesungguhnya Al Qur’an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar,” begitu Al Quran surat Al Isra ayat 9 berbunyi. 
Al Quran, wahyu Sang Maha Pencipta Tiada Tara, masihkah diragukan? 
Masihkah kita ragu kepada wahyu Tuhan dalam Kitab Suci Al Quran? Bacalah firman-Nya dalam surat Al Baqarah ayat 23: “Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang Al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal Al Qur’an itu dan ajaklah penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.” Bacalah wahyu Tuhanku Yang Maha Mampu, Ya Allah ya Qaadir, kepada Nabiku dalam surat Al Kahfi ayat 109 Al Quran: “Katakanlah (Hai Muhammad): Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula).” Bacalah juga yang disampaikan Malaikat Jibril dalam surat Luqman ayat 27 Al Quran: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering) nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” “Katakanlah,” begitu firman Tuhanku Yang Maha Mencipta Tiada Tara, Ya Allah ya Badii’ dalam surat Al Isra ayat 88 Al Quran, “Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa Al Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengan dia, sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain”. (Dana Anwari)

No comments:

Shalat is Perfect Prayer

SUCCESS LINK